Santiago,
(Analisa). Para pemimpin Eropa berkumpul akhir pekan lalu di Chili
mengisi waktu dengan kebiasaan iri terhadap stabilitas ekonomi di
negara-negara Amerika Latin.
Ke-27
negara Uni Eropa masih terperosok dalam kebuntuan ekonomi, dimana
Spanyol dan Yunani masih mengalami krisis utang yang memicu ketegangan
politik dan ekonomi di zona euro.
Spanyol, yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Amerika Latin,
telah mengalami kontraksi ekonomi sejak tahun 2009. Sekalipun tahun
demi tahun berlalu dan pertumbuhan terjadi pada 2011, tapi tingkat
pertumbuhan tahunan tidak pernah melebihi 1 persen. Pada kuartal
terakhir 2012, malah kembali turun, menyusut 0,6 persen.
Guna memberi harapan bagi pelaku pasar, menteri ekonomi Spanyol
mengatakan kepada media Jumat lalu bahwa negaranya akan kembali bangkit
dan mengalami pertumbuhan tahun ini. Padahal di sisi lain, Dana Moneter
Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Spanyol tidak akan tumbuh
hingga akhir 2014.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy, mengumumkan rencana baru untuk
merangsang ekonomi Spanyol dengan menawarkan hibah hingga 2.000 euro
bagi warga untuk membeli mobil baru yang rendah polusi.
Namun ia mengingatkan bahwa Spanyol tidak dalam kondisi untuk melakukan
kebijakan moneter ekspansif pada saat ini, tapi saya percaya bahwa
negara-negara yang berada dalam kondisi resesi memang harus
melakukannya.
Ini adalah referensi yang jelas bagi Jerman, negara ekonomi terbesar
zona euro, di mana Kanselir Angela Merkel telah menolak meminjamkan
atau menghabiskan dana pinjaman untuk membantu perekonomian tumbuh
kecuali apabila negara-negara terlilit utang menunjukkan penghematan
cukup yang dapat meyakinkan dirinya.